Ribuan Peserta Meriahkan Sufi Coffe Festival di Dayah Sufi Muda

Related Articles

REDELONG – Ribuan peserta dari nusantara dan mancanegara menghadiri Sufi Coffe Festival pada 11- 13 November 2022 di Dayah Sufimuda, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Festival ini diikuti peserta yang kesemuanya adalah jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah murid dari Abuya Sayyidi Syekh Ahmad Sufi Muda.

Peserta telah hadir di lokasi sejak 10 November dan bermalam di dekat lokasi acara dengan memasang tenda. Kegiatan yang dilakukan para jamaah di acara ini, selain festival kopi adalah tawajuh bersama, kuliah alam (kuliah umum) dan makan bersama serta penggalangan dana untuk korban banjir Aceh Tamiang.

Dalam festival akbar ini, peserta dibagi tujuh  kontingen, kesemuanya menampilkan dan menyuguhkan racikan kopi terbaik dengan varian yang tidak terbatas, racikan kopi ini diperlombakan dan penyaji kopi dengan cita rasa terbaik tampil sebagai pemenang.

Namun, bukan hanya cita rasa kopi yang ditampilkan dan diperlombakan, tetapi juga kuliner tradisional, kuliner khas dari masing-masing wilayah di Aceh dan nusantara,  kue-kue tradisonal, juga makanan-makanan tradisonal yang dimasak dan diolah lansung di lokasi acara, seperti kuah tuhee, adee, gutel, lepat, apam, keukarah, buleukat boh drien, cagruek, timphan, leupek, museukat dan berbagai makanan tradisional lainnya.

Baca Juga:   Masyarakat Bisa Makan Ikan Gratis saat Irau Manutung Jukut

Sayyid Muniruddin Ali, selaku Program Director Sufi Coffee Festival  mengatakan, kopi memang identik dengan sufi, sufi lah yang memperkenalkan dan mempopulerkan kopi ke seluruh dunia. Kisah bahwa kopi itu identik dengan sufi dimulai dari kisah seorang sufi yaitu Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, beliaulah sufi penemu biji kopi pertama.

Pada suatu malam, dalam perjalanan uzlah (mengasingkan diri untuk berzikir), Syaikh Abul Hasan As-Syadzili (1197-1258) yang berusaha menghindari binatang buas, naik ke sebuah batang pohon. Di pohon itu dia menemukan biji-bijian tumbuh. Anehnya, rasa kantuknya hilang setelah ia memakannya. Besoknya, dia membawa biji-bijian itu sebagai makanan penghilang rasa kantuk sepanjang jalan.

Setelah kering, biji itu ia panggang dengan api dan sajikan dengan minuman. Itulah kopi yang untuk pertama kali tersajikan secara sempurna dan menjadi minuman para sufi.

Kata Kopi awalnya berasal dari Bahasa Aab yaitu qahwa, yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. QAF adalah “quut” (makanan). HA adalah “huda” (petunjuk). WAWU adalah “wud” (cinta). HA adalah “hiyam” (pengusir rasa kantuk). Itulah QAHWAH, coffee, kopi.

Baca Juga:   Desa Wisata Nusa Gelar Lomba Kuliner Aceh Toet Tumpoe

Kemudian, dari Yaman, melalui para sufi, pelancong, peziarah, pedagang, yang turut serta membawa ajaran Islam, keharuman kopi kemudian merebak ke seluruh dunia, menuju benua biru Eropa, Amerika, dan ke negeri kita Indonesia, sehingga akhirnya mendunia.

Menurut sejarawan William H Uker dalam magnum opus-nya, All About Coffee (1922), kata ‘kopi’ mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata tersebut diadaptasi dari bahasa Arab, qahwa, melalui lisan Turki, kahveh.

Dari istilah Arab ini lantas lahir kata koffie dalam bahasa Belanda, café dalam bahasa Perancis, caffè dalam bahasa Italia, coffee dalam bahasa Inggris, kia-fey dalam bahasa China, kehi dalam bahasa Jepang, dan kawa dalam bahasa Melayu.

Karena kopi ini dipopulerkan pertama sekali oleh para sufi, maka kopi itu punya nilai spiritualitas yang tinggi, kopi itu energi bagi para sufi untuk berzikir intensif kepada Rabb-Nya, kopi ini juga punya nilai sosial yang tinggi yaitu persaudaraan, silaturahmi dan kekompakan, lanjut Sayyid Munir, yang juga salah seorang Presidium KAHMI Aceh, trainer nasional dan penulis buku Bintang Arasy dari Timur.

Baca Juga:   Irau Manutung Jukut Digelar Lagi, Ajang Promosi Pariwisata Berau

Rosmanidar yang datang dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dan Abi Sanusi yang datang dari Provinsi Bangka Belitung mengatakan sangat senang sekali bisa hadir dan ikut serta dalam festival kopi para sufi ini, kedua peserta ini mengatakan bahwa mereka mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga dari acara ini.

“Kami mendapatkan semuanya sekaligus, pengalaman spiritual, kepuasan ruhani, batiniah melalui tawajuh, kepuasan intelektual dan pengetahuan baru melalui kuliah alam dan juga persaudaraan, kegembiraan yang sangat natural dan alami sekali melalui acara festival kopi,” ujar Abi Sanusi yang datang dari Bangka Belitung.

“Acara Sufi Coffee festival ini akan diadakan setiap tahun, tentu dengan peserta yang akan terus bertambah, tahun ini ribuan peserta, tahun depan tidak tertutup kemungkinan akan dihadiri oleh puuhan ribu  bahkan ratusan ribu peserta, kali ini festival ini kita adakan di Aceh, dan tahun depan bisa jadi  festival Kopi ini akan kita adakan di London”, tutup Sayid Munir. (serambinews.com)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img