JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memastikan ratusan kegiatan yang berada dalam pengelolaan mereka tetap akan berlangsung meski saat ini pemerintah sedang menerapkan kebijakan efisiensi anggaran.
“Saya kurasi itu ada 800, yang kami potong hanya hingga 300 (event pada 2025) saja. Itu yang ada di bawah orkestrasi saya,” ujar Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan, dalam Musyawarah Nasional IVENDO di Jakarta, Jumat (16/52025).
Arief menyampaikan pemangkasan 500 kegiatan tersebut merupakan bentuk tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo Subianto terkait efisiensi belanja negara.
Meskipun jumlah acara dikurangi secara signifikan, Arief menilai masih terdapat ruang untuk menyelenggarakan kegiatan yang berdampak dan menarik bagi publik dengan menyesuaikan skala penyelenggaraannya. “Kalau teman-teman melihat harus diturunkan skalanya, seperti seremoni itu sangat berkurang,” ungkapnya.
Ketua Umum IVENDO periode 2022-2025, Mulkan Kamaluddin memberikan cenderamata kepada Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan (kemeja batik), dalam Musyawarah Nasional IVENDO yang digelar di Jakarta. (Foto: Fajri/Event Nusantara)
Menanggapi kondisi serupa, Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (IVENDO) periode 2022–2025, Mulkan Kamaluddin menambahkan, mulai minggu ketiga dan keempat bulan Mei hingga Juni 2025, telah tampak adanya lonjakan permintaan penyelenggaraan event yang bisa menjadi indikator bahwa industri mulai kembali bergerak.
“Fakta dari teman-teman khususnya yang di Jakarta ya dan sekitarnya, kita merasakan bulan Mei ini (event-event) mulai tumbuh, mulai muncul,” ujar Mulkan. Ia menjelaskan bentuk kegiatan yang mulai marak antara lain perayaan ulang tahun perusahaan, peluncuran produk oleh sektor swasta, hingga seminar.
Namun, Mulkan juga mengakui bahwa dampak dari kebijakan efisiensi anggaran tetap terasa, termasuk di kalangan swasta yang disebutnya menahan hingga 60 persen dari anggaran event mereka.
Sementara itu, saat ditanya soal tren jenis event yang kini digemari masyarakat, Mulkan belum dapat memberikan penjelasan lebih rinci karena data lengkapnya belum tersedia.
“Kita akan lakukan lagi pendataan dari semua member-member, semua para pelaku usaha begitu ya, dari berbagai daerah termasuk. Di situ baru kita bisa analisa,” jelasnya.
Mulkan juga menuturkan tren penyelenggaraan event sejak pandemi Covid-19 terus mengalami peningkatan, meskipun jumlahnya belum mampu kembali menyamai tingkat sebelum pandemi.
Ia mengungkapkan bahwa sekitar lima hingga 10 persen pelaku industri event sempat berganti profesi akibat tekanan ekonomi saat pandemi berlangsung. “Tapi saya yakin kalau industri event ke depan makin berkembang dengan jumlah pemain lebih banyak, terus trend revenue-nya itu semakin meningkat,” katanya.
Ia memperkirakan total pendapatan industri event (gross revenue) yang pada tahun 2024 mencapai Rp84,4 triliun bisa meningkat melampaui Rp100 triliun pada akhir 2025, dengan catatan tidak ada lagi pemangkasan anggaran.
“Sehingga di 2027 bisa persis sama dengan revenue kita di tahun 2019. Tapi kan ada efisiensi, sehingga kita akan revisi lagi prediksi itu,” ujar Mulkan.
Secara keseluruhan, meskipun kebijakan efisiensi anggaran menyebabkan pengurangan jumlah event, khususnya oleh instansi seperti Bank Indonesia, sinyal kebangkitan industri event mulai terlihat dari meningkatnya permintaan di pertengahan tahun 2025. Sehingga bisa diprediksi, pendapat industri event bisa terus melonjak sampai akhir tahun ini. (fajri)