SURABAYA – Festival tari kontemporer, Sawung Dance Festival (SDF) kembali digelar Gedung Cak Durasim, Surabaya, Jawa Timur (Jatim) pada 21-24 September 2023. Penyelenggaraan tahun yang kelima ini mengangkat tema “Next Choreogeaphers: Local to Global Network”.
Direktur Sawung Dance Studio, Sekar Alit Santya Putri mengatakan, tema ini muncul sebagai upaya untuk mengeksplorasi identitas tubuh lokal penari ataupun koreografer Indonesia untuk menjangkau internasional.
“Sudah saatnya penari dan koreografer Indonesia, khususnya di Jatim memiliki jaringan internasional yang memperkaya pengalaman tubuh dan pikir. Sehingga, mempertajam kelokalan tubuhnya sendiri,” ujarnya saat konferensi pers di Surabaya, Sabtu (22/9/2023).
Sekar mengakui selama empat kali penyelenggaraan festival penonton masih minim. Menurutnya, animo masyarakat untuk menonton tari kontemporer kurang. “Masyarakat belum teredukasi betul dengan jenis tarian ini, sehingga sulit bagi kami mengajak masyarakat untuk menonton festival ini,” tuturnya dikutip dari Jelajah Nusantara.
Penari asal Jepang Reisa Shimojima (kiri) bersama penari Indonesia Hari Ghulur (kanan) mementaskan tari kontemporer berjudul Japvanese pada Sawung Dance Festival di Gedung Cak Durasim, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (23/9/2023). Penari asal Jepang itu turut memeriahkan pagelaran festival tari kontemporer yang bertajuk Body to Body. (Foto: Antara Foto/Didik Suhartono)
Meski sepi penonton, pihaknya akan terus mengenalkan tari kontemporer kepada masyarakat dan para generasi muda. Karena pertunjukan ini, tidak hanya menghadirkan tontonan yang bermutu, tapi juga tuntunan, pengetahuan, dan edukasi.
“Ekosistem seni pertunjukan yang terus tumbuh dan berkembang perlu diberdayakan, agar bangsa ini mencintai, menghargai dan menjunjung tinggi martabat bangsa melalui seni dan budaya,” katanya.
Sawung Dance Festival terdiri dari showcase, workshop, laboratorium tari dan main performance. Main performance merupakan pertunjukan utama dan menampilkan karya World Premiere SILO by Hari Ghulur (Madura), Arco Renz (Belgia), Rosemainy (Singapura), Iskandar Loedin (Indonesia) dan Indonesian Festival. (en)