TANJUNG REDEB – Menjelang Hari Jadi ke-70 Kabupaten Berau dan Hari Jadi ke-213 Tanjung Redeb, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melakukan prosesi Manguati Banua, di Keraton Sambaliung Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Kamis (14/9/2023).
Prosesi Manguati Banua dimulai dengan pemotongan puncak rasul, makanan khas Berau berupa ketan yang disusun seperti tumpeng yang datar dan di sekelilingnya terdapat telur yang ditancapkan dengan lidi. Pemotongan itu dilakukan Bupati Berau Sri Juniarsih. Potongan pertama yang ditaruh di piring itu lalu diberikan kepada Sultan Sambaliung, Datu Amir.
Beralih ke dalam Keraton Sambaliung, para pejabat beserta tokoh adat melakukan doa bersama dengan cara Islam. Memohon agar senantiasa diberikan keselamatan dan terhindar dari marabahaya. Kesultanan Sambaliung memang kerajaan yang menjunjung tinggi syariat Islam. Mulai dari keturunan awal sampai saat ini taat beragama.
Setelah makan bersama, Manguati Banua ditutup dengan mengarak Parahu Alus atau menghanyutkan perahu kecil yang berisi satu sisir pisang dan satu butir telur yang telah diberi doa oleh tetua adat Sambaliung. Perahu kecil itu dihanyutkan di Sungai Kelay.
Prosesi menghanyutkan Parahu Alus di Sungai Kelay yang diantarkan oleh Wakil Bupati Berau Gamalis bersama Sultan Sambaliung Datu Amir. (Foto: Amnil Izza/Event Nusantara)
Wakil Bupati Berau Gamalis bersama Sultan Sambaliung turut mengantarkan perahu kecil itu ke tengah sungai. Tujuannya, setelah perahu diantar masyarakat Berau selain dihilangkan dari segala penyakit, juga mensejahterakan kehidupan orang Banua. Diharapkan masyarakat dapat bersatu dalam Manguati Banua untuk kemajuan Berau.
“Tradisi tersebut merupakan awal dari rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Berau yang ke-70 tahun,” kata Bupati Berau Sri Juniarsih, Kamis (14/9/2023).
Ia berharap prosesi adat tersebut dapat berlangsung setiap tahun dan dapat menjangkau lebih banyak masyarakat. Bukan hanya yang berada di empat kecamatan terdekat. Supaya semua dapat merasakan kemeriahan hari jadi Berau.
“Ini merupakan upaya pelestarian adat budaya asli Berau. Kami sadar budaya bukan hanya bertujuan mempertahankan adat istiadat tapi juga menjadi daya tarik wisata yang otentik di Berau,” terangnya.
Sri berkomitmen akan terus menjaga potensi wisata tersebut agar dapat dikembangkan dan tentunya berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Berau. Dengan meningkatnya pariwisata Berau pastinya akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bumi Batiwakkal.
“Bukan hanya itu, UMKM juga akan semakin baik ke depan. Sehingga kesejahteraan masyarakat Berau juga meningkat,” ucapnya.
Program pelestarian adat budaya bahari terus dilakukan agar budaya asli Berau dapat dijaga. Peringatan hari jadi Berau menjadi momentum untuk merawat adat budaya tersebut.
Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Berau, Syarifatul Syadiah memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam prosesi Manguati Banua. Terutama kepada Kesultanan Sambaliung yang tetap menjaga adat istiadatnya selama ini.
“Karena acara ini rutin tahunan, harapan kami Kesultanan Sambaliung dengan adat-adat ini tetap kita tonjolkan, kita jaga dan rawat sebaik-baiknya karena inilah Berau dengan dua kesultanan, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur,” ungkapnya. (mnz)