Pemkot Surabaya Akan Gelar Java Coffee Culture dan Festival Peneleh

Related Articles

SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan Bank Indonesia (BI) akan menggelar Java Coffee Culture (JCC) dan Festival Peneleh 2023 di Jalan Tunjungan dan kawasan Peneleh, Genteng, Surabaya, Jatim, Jumat (7/7/2023) hingga Minggu (9/7/2023). Kegiatan ini bertajuk Diplomasi Kopi Lintas Generasi.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya Wiwiek Widayati, mengatakan dalam acara ini ada rangkaian agenda menarik. Mulai dari Educoffee, Showcasing, Business Matching, JCC Competition, Teatrikal Soerabaja Tempoe Doeloe, Pasar Rakjat dan Layar Tanjap, Peneleh Heritage Track, dan lainnya.

“Ada juga kompetisi foto, parade mural, hingga latte art competition dan ada UMKM Kopi se-Indonesia,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati. (Foto: Diskominfo Surabaya)

 

Kegiatan ini akan dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta, dan Kepala Perwakilan BI Jatim Doddy Zulverdi. Kegiatan ini juga melibatkan pegiat dan komunitas sejarah Kota Surabaya, Begandring Soerabaia.

Baca Juga:   Selama Festival Pendalungan Perputaran Uang Capai Rp 5 Miliar

Wiwiek menerangkan Festival Peneleh adalah bagian dari upaya pemkot menggali potensi sejarah, budaya, dan ekonomi dalam mengembangkan kawasan wisata. Mengingat kawasan Peneleh merupakan salah satu peradaban tua di Surabaya, diharapkan dengan adanya festival, kawasan ini dapat menjadi bagian dari pembangunan kota yang berkarakter dan beridentitas.

Festival Peneleh juga membawa tradisi lama yang pernah ada sebelumnya, yaitu Pasar Rakyat yang digelar secara tradisional ketika musim Muludan (Maulid Nabi). Pasar Rakyat kala itu digelar mulai era tahun 60 hingga 90-an. Pasar rakyat terkenal tak pernah sepi, orang-orang berdatangan memadati pasar tradisional ini kala itu.

Pasar yang digelar di sepanjang Jalan Peneleh itu juga tampak berjajar pedagang kaki lima, mulai dari penjual topeng-topengan, mainan, jajanan, pakaian, dan masih banyak lainnya. Di kawasan ini pula kontak budaya, sosial, dan ekonomi berjalan kala itu.

Namun, sejak 1990-an tradisi Muludan di Peneleh mati. Tidak ada lagi orang berjualan topeng-topengan dan mainan. Tidak ada lagi tontonan budaya lokal di tepian sungai Kalimas. Maka, dengan rencana hadirnya konsep Pasar Rakyat baru, diharapkan Festival Peneleh akan membuka peluang dan merekonstruksi ulang sejarah Peneleh sebagai upaya pengembangan wisata yang berbasis sejarah, budaya, dan ekonomi.

Baca Juga:   Festival Rimpu Mantika Ditarget Himpun 50 Ribu Peserta

Pemkot Surabaya bersama Bank Indonesia dan Komunitas Begandring Soerabaia bukan hanya ingin menggali potensi wisata sejarah dan budaya, namun juga ingin mendongkrak perekonomian serta UMKM Kota Pahlawan, terutama di kawasan Peneleh. “Dalam festival ini pemkot juga melibatkan 16 RW di kawasan Peneleh. Nanti juga ada sajian kuliner, tampilan seni khas Peneleh,” ujarnya.

Wiwiek mengajak masyarakat meramaikan acara yang digelar pada akhir pekan itu. Masyarakat juga bisa menggunakan busana khas tempo dulu sembari menikmati suasana JCC 2023 dan Festival Peneleh. “Konsep ini (Festival Peneleh) pertama kali digelar dengan nuansa dan budaya lokal tempo dulu. Warga Kota Surabaya bisa hadir dan menikmati serangkaian acara ini,” ucapnya. (ant)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img