Pameran Lukisan Dipadu dengan Beragam Seni

Related Articles

SEMARANG – Pameran lukisan bertema Hening digelar selama sepekan di Gallery Monod Huis, Kota Lama, Semarang, mulai Sabtu (12/2/2022) sampai Sabtu (19/2022) mendatang. Pameran ini melibatkan 25 pelukis atau 30 karya yang besar dengan ukuran minimal 150 × 150 sentimeter.

Pameran lukisan dari seni kontemporer ini dalam upaya membangkitkan para seniman di Kota Semarang, dan beberapa luar Semarang, seperti Jepara, Yogyakarta, dan Demak. Terutama dari kungkungan pandemi Covid-19.

Dr Oei Hong Djien yang membuka pameran pada Sabtu (12/2) lalu, merasa kagum. Karena tak hanya pameran seni lukis saja, tapi multiseni. Seperti puisi, paduan suara, manekin, hingga band.

“Baru kali ini saya menyaksikan bukan dari seni lukis saja, tetapi ini kolaborasi seni. Besok kalau setiap ada acara, saya mau diundang lagi,” ungkap pendiri dan pemilik Museum Seni Modern & Kontemporer OHD Magelang itu.

Tema ‘Hening’ ini memenuhi dua lantai gedung Monod Huis. Di lantai satu, karya seni kontemporer dinarasikan sebagai keadaan orang yang terpuruk, seperti sedih, sakit, sampai kematian.

Baca Juga:   Sandiaga Yakini Ajang Lari Maraton Bisa Dorong Sektor Pariwisata

“Jadi di lantai satu ada peti mati dengan semua hal-hal yang berkaitan,” kata Erick yang didampingi oleh penyelenggara ID Management, Ignatia Dewi.

Sedangkan di lantai dua dinarasikan sebagai move on atau kebangkitan. Karya di lantai dua merupakan penyemangat masyarakat agar bangkit dari keterpurukan selama pandemi Covid-19. “Kita harus bangkit!” jelasnya.

Pameran kali ini bukan hanya memajang seni lukisan, namun terdapat pertunjukan lainnya, seperti pergelaran puisi dari Kelana Siwi, paduan suara, tari balet, bahkan kolosal sketsa ada. “Tadi malam pembukaan ada bandnya,” jelasnya.

Sejak tanggal 12 sampai 19 Februari terdapat selingan acara. Seperti kolosal sketsa di kanvas yang panjang, tari balet, dan musikal. Kegiatan ini adalah acara yang kedua dari ID Management. “Yang lalu adalah Healing, saat ini temanya Hening,” tuturnya.

Salah satu pelukis, Moh Ilyas menjelaskan, dirinya termasuk pelukis termuda dari Demak. Saat ini ia memamerkan tiga karya seni lukis, seperti bunga terakhir, menuju keheningan, dan perenungan.

“Lukisan ini merupakan perenungan dengan situasi pandemi saat ini, mata ini ada bumi dipakaikan masker dan matanya menetes. Dengan adanya tetesan itu, Tuhan bisa memaafkan kita,” jelasnya di salah satu lukisannya.

Baca Juga:   175 Delegasi G20 Hadir di Jakarta, Panitia Siapkan Travel Bubble

Selain itu, lukisan yang berjudul bunga terakhir ia lukis sesuai dengan kisah nyata seorang perempuan yang kehilangan oleh orang tuanya karena meninggal karena Covid-19, saat ini dia menghidupi adik-adiknya.

“Dia memegang bunga dengan tujuan pandemi ini segera berakhir. Tiga karya ini adalah harapan saya agar pandemi segera berlalu,” jelasnya.  (fgr/ida)

Foto: radarsemarang.jawapos.com/Nur Chamim

Copyright ©Radarsemarang.id

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img