JAKARTA – Industri event Indonesia mencatat pencapaian luar biasa pada 2024 dengan nilai ekonomi mencapai Rp84,46 triliun atau setara USD 5,23 miliar. Sektor ini juga menjadi penggerak utama tenaga kerja dengan 8,7 juta pekerja yang terlibat dalam berbagai penyelenggaraan acara.
Meski demikian, pemulihan pasca-pandemi belum sepenuhnya normal. Data terbaru menunjukkan bahwa 5,06 persen kantor event masih tutup, sementara 23,6 persen beroperasi dengan pengurangan tenaga kerja. Hanya 71,35 persen yang sudah kembali beroperasi penuh, menandakan bahwa tantangan industri event masih cukup besar.
“Industri event ini bukan hanya hiburan, tapi juga tulang punggung ekonomi kreatif dan pariwisata. Jika kita lihat, pekerja event ini menyumbang sekitar 35,7 persen dari total tenaga kerja ekonomi kreatif dan pariwisata yang mencapai 50 juta orang,” terang Pendiri Indonesia Professional Organizer Summit (IPOS), Harry D Nugraha di Gedung Smesco Indonesia, Kamis (20/3/2025).
Sejak 2020 hingga 2024, sebut Harry, industri ini mengalami pasang surut akibat pandemi Covid-19, dengan total kerugian hingga puluhan triliun rupiah. Namun, tren pertumbuhan yang terlihat di 2024 menunjukkan kebangkitan yang signifikan.
Pendiri Indonesia Professional Organizer Summit (IPOS), Harry D. Nugraha saat menjelaskan paparannya mengenai geliat perkembangan industri event. (Foto: Nicha/Event Nusantara)
Para pelaku industri berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan regulasi yang mendukung untuk memastikan pertumbuhan ini terus berlanjut hingga 2025. Advokasi dan kebijakan strategis menjadi kunci agar sektor ini semakin kuat dan berkontribusi lebih besar terhadap ekonomi nasional.
Dengan proyeksi yang semakin optimistis, Harry pun selaku salah satu pelaku industri event kini lebih berfokus pada inovasi, adaptasi teknologi, serta membangun ekosistem yang lebih berkelanjutan. Jika dukungan yang tepat diberikan, tahun 2025 bisa menjadi momentum emas bagi kebangkitan penuh industri event di Indonesia. (cha)