MALINAU – Festival Seni dan Budaya Adat Dayak Lundayeh dibuka Bupati Malinau Wempi W Mawa, di Panggung Padan Liu Burung (PLB), Senin (21/2/2022). Festival ini berlangsung selama sepekan, hingga Minggu (27/2/2022). Setiap hari kegiatan dimulai pukul 17.00 Wita dan selesai pukul 22.00 Wita.
Ketua Adat Dayak Lundayeh Kabupaten Malinau, Paulus Belapang mengatakan festival tersebut salah satu upaya merawat kearifan budaya masyarakat. Kegiatan yang dikemas melalui pertunjukan seni dan budaya merupakan usaha merangkul masyarakat seluruh golongan umur.
“Sekarang ini, perlu terobosan baru untuk merangkul anak-anak muda Lundayeh. Salah satunya dengan mengemas kegiatan dengan seni dan budaya,” ujarnya dilansir dari TribunKaltara.com, Selasa (22/2/2022).
Fokus lembaga dan komunitas adat kata Paulus, di antaranya mewariskan tugas-tugas penting pimpinan adat. Dikhawatirkan, kearifan lokal masyarakat akan tergerus karena pemuda tak lagi peduli terhadap budaya.
Paulus mencontohkan penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah Lundayeh. Kekhawatiran terbesarnya, bahasa daerah terlupakan dan menjadi asing di telinga masyarakatnya.
“Salah satunya, penggunaan bahasa Ibu, bahasa daerah kami. Karena seperti halnya budaya, bahasa adalah diri kita, cerminan masyarakat adat. Bahasa adalah identitas sekaligus jati diri kita,” katanya.
Ia mengharapkan, kegiatan serupa menjadi ikhtiar, khususnya bagi kawula muda di Malinau untuk mengenal lebih dalam soal budaya dan adat istiadat.
Menurut Paulus, pementasan budaya bukan mempertegas perbedaan melainkan menampilkan keberagaman. Dia berharap lewat festival tersebut bisa memperkukuh keharmonisan suku dan agama di Malinau.
Sementara Bupati Malinau Wempi W Mawa mengatakan, Malinau memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Kekayaan budaya ini katanya, menjadi modal utama dalam memperkenalkan Malinau dan mengangkat ekonomi Malinau.
Tidak hanya adat Dayak Lundayeh, kata Bupati, masyarakat adat lainnya juga bisa menyajikan budayanya. “Saya harapkan masyarakat etnis suku Tidung dan Bulungan bisa tampil dan memberikan kesempatan pada UMKM dari asal etnis untuk berjualan,” ungkapnya.
Dia mengatakan, Panggung Padan Liu Burung merupakan kebanggaan masyarakat Malinau. “Agar panggung ini bisa lebih dimaksimalkan lagi. Sehingga masyarakat juga bisa memanfaatkan event-event budaya dengan menampilkan produk lokalnya,” kata bupati.
Bupati menyebut, di area Lapangan Pro Sehat ini terdapat 20 unit UMKM dari etnis Dayak Lundayeh. “Tentu ini bisa menjual produk yang dimiliki. Apalagi di tengah ekonomi yang sulit saat ini,” katanya. (tribunkaltara/en)
Foto: Mohammad Supri/tribunkaltara.com