JAKARTA – Indonesia mencatatkan kinerja perdagangan yang positif dengan surplus ekspor selama 57 bulan berturut-turut hingga tahun 2024. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan ekspor Indonesia mencapai surplus sebesar USD 31 miliar sepanjang 2024. Tren positif ini mencerminkan daya saing produk Indonesia di pasar global yang semakin meningkat.
“Perdagangan kita dengan Amerika Serikat, negara-negara ASEAN, Eropa, China, India, dan Uni Eropa terus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Alhamdulillah, semuanya menunjukkan tren positif, kecuali dengan China,” ujar Airlangga dalam konferensi pers Peluncuran Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) atau Indeks Manager Pembelian Indonesia juga mengalami peningkatan pada angka 51,9, yang menunjukkan optimisme pelaku usaha terhadap iklim ekonomi nasional. Indonesia juga mencatat lonjakan dalam Economic Complexity Index (ECI), naik dari peringkat 75 ke 65 pada tahun 2023.
Airlangga menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor, terutama di tengah kebijakan perdagangan global yang semakin dinamis, termasuk kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah Trump 2.0. “Kita harus melihat perdagangan ke seluruh dunia. Saat ini, world trade di luar Amerika mencapai 83 persen, sehingga kita harus memperkuat kerja sama dengan pasar global lainnya,” jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers peluncuran TEI 2025 di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta. (Foto: Nicha/Event Nusantara)
Pemerintah juga mendorong percepatan perjanjian perdagangan internasional, seperti SEPA dengan Kanada, kerja sama dengan Mercosur, Eurasia, dan GCC, serta aksesi Indonesia ke The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP). Langkah ini diharapkan dapat membuka akses pasar yang lebih luas, termasuk ke Inggris, Kanada, dan Amerika Latin.
Selain itu, lanjut Airlangga, Indonesia juga terus memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara Global South melalui forum seperti BRICS dan aksesi OECD yang masih dalam proses.
Lebih lanjut Airlangga menambahkan, sektor hilirisasi juga menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah ekspor. Menurutnya, produk berbasis mineral, manufaktur, serta sektor tekstil, makanan dan minuman, furnitur, serta produk berbasis plastik dan kertas harus terus didorong.
“Dengan hilirisasi, kita bisa meningkatkan daya saing produk ekspor. Ini harus terus kita dorong agar semakin banyak produk Indonesia yang masuk ke pasar global,” tambahnya.
Dukungan pembiayaan juga menjadi faktor penting dalam memperkuat ekspor. Pemerintah berharap perbankan nasional, termasuk Bank Mandiri, dapat terus mendukung skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pelaku ekspor, termasuk bagi pekerja migran yang ingin berwirausaha.
Adapun sebagai bagian dari strategi peningkatan ekspor, pemerintah menaruh harapan besar pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, dimana pada tahun sebelumnya transaksi perdagangan berhasil mencapai USD 22,73 miliar, atau melampaui target awal sebesar USD 17,5 miliar.
“Tahun ini, target awal TEI adalah USD 16,5 miliar, naik 10% dari target sebelumnya. Namun, kita optimistis bisa mencapai lebih dari USD 20 miliar, bahkan hingga USD 25 miliar,” ujar Airlangga.
Diketahui, Pameran dagang tahunan ini akan menghadirkan lebih dari 1.500 ekshibitor dan menarik sekitar 5.000 buyer internasional serta 30.000 pengunjung. Berbagai sektor unggulan, seperti makanan dan minuman, manufaktur, serta jasa dan lifestyle, akan dipamerkan dalam ajang ini.
Selain pameran produk, TEI 2025 juga akan menghadirkan berbagai program pendukung, seperti business matching, business counseling, business forum, serta penandatanganan berbagai perjanjian bisnis dan investasi.
Pemerintah juga menegaskan bahwa TEI merupakan event mandiri yang tidak menggunakan APBN, menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong ekspor nasional.
Dengan surplus perdagangan yang terus meningkat dan ekspansi pasar ekspor yang semakin luas, pemerintah optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional dapat mencapai 8% dalam beberapa tahun ke depan.
“Kita harus terus meningkatkan kinerja perdagangan dan investasi agar bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius ini,” tutup Airlangga. (cha)