SAMARINDA – Memadukan karya sastra dari tiga negara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim bekerjasama dengan Dewan Kesenian Kaltim menggelar Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK), selama empat hari, pada 17-20 Juni 2025. Indonesia yang diwakili oleh Kalimantan akan bersua dengan sastrawan Brunei Darussalam dan Malaysia.
“Dialog para sastrawan ini dikemas dalam Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK) merupakan forum pertemuan para karyawan atau sastrawan dari tiga negara, khususnya sastrawan di Pulau Borneo atau Kalimantan,” kata Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim, Syafril Teha Noer dalam jumpa pers DSBK 2025 di Samarinda, Senin (9/6/2025).
Pertemuan sastrawan antar negara Melayu ini telah digelar 15 kali. Dimulai pada 1987 di Malaysia dan terakhir pada 2023 di Brunei Darussalam. Untuk penyelenggaraan ke-16 ini akan digelar di Samarinda, Kaltim. Gelaran ini sangat dinantikan sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa sastra Melayu tidak benar-benar hilang dari peredaran sejarah hari ini.
“Dalam pertemuan sastra internasional ini diharapkan terkuak jejak estetika dan didaktika (pembelajaran) sastra dan peran kerajaan Nusantara dalam penguatan sastra, utamanya sastra Melayu,” jelas Wakil Sekretaris Panitia DSBK XVI, Amin Wangsitalaja dalam jumpa pers tersebut.
Konferensi pers panitia Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK) XVI di Samarinda, Senin (9/6/2025). (Foto: Istimewa)
Dengan mengangkat tema,”Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Dialektika,” kegiatan ini diharapkan memacu para sastrawan atau pembaca menguatkan falsafah melayu. “DSBK 2025 ini akan dihadiri 200 peserta dari tiga negara. Juga ada pameran buku yang diterbitkan masing-masing peserta,” lanjutnya.
Dalam kegiatan ini, juga akan ada peluncuran buku antologi puisi dari peserta DSBK. Antologi puisi itu berjudul “Jejak Perigi di Tanah Melayu”. (mk)