BWCC Sajikan Komunitas Gamelan Bereputasi

Related Articles

DENPASAR – Ajang Bali World Cultural Celebrations (BWCC) atau Perayaan Kebudayaan Dunia diawali penampilan tiga komunitas gamelan yang telah memiliki reputasi secara nasional dan internasional di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Kota Denpasar.

“BWCC ini merupakan apresiasi pada kebudayaan dunia yang bertujuan mewujudkan Bali sebagai Pusat Kebudayaan Dunia atau Bali Padma Bhuana,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Selasa (14/6/2022) malam dilansir dari Antara.

Saat menyaksikan penampilan komunitas/sekaa gamelan itu, Arya Sugiarta menyampaikan Perayaan Kebudayaan Dunia tahun ini merupakan gelaran yang pertama kalinya dilaksanakan di Bali.

BWCC akan digelar dari 12-25 Juni 2022 secara daring dan luring dengan mengangkat tema Danu Kerthi: Resilience and Harmony (Kebertahanan dan Harmoni).

BWCC bertujuan memperkuat posisi strategis kesenian dan kebudayaan Bali yang turut mewarnai dan membangun nilai-nilai kesatuan, harmoni, dan perdamaian (unity, harmony, and peace) antarbangsa di dunia melalui pemanggungan dan presentasi beragam genre pertunjukan.

Dalam acara pertama gelaran BWCC itu ditampilkan Sekaa Gong Belaluan Sadmerta; Roras Ensemble dan Jes Gamelan Fusion. Sekaa Gong Belaluan Sadmerta telah terbentuk dari 1957, cikal bakalnya bermula dari Legong Belaluan yang tersohor sejak tahun 1918.

Baca Juga:   Pameran Seni Digital Digelar Perdana di Bali

Beberapa tokoh terdahulu dan pembina diantaranya Made Regog dan Wayan Berata. Selama 60 tahun, sekaa telah tampil di berbagai pertunjukan nasional dan internasional seperti di Bangkok, Filipina, New dan Jerman.

Kemudian Grup Roras Ensemble didirikan oleh Wayan Gede Yudana pada 2018 yang merupakan ensembel perkusi musik baru, yang memperjuangkan musik eksperimental dan gamelan kontemporer.

Jes Gamelan Fusion merupakan grup musik yang didirikan pada 2006. Jes singkatan dari jegog dan semar pegulingan serta gamelan fusion di definisikan sebagai sebuah perpaduan gamelan.

Grup ini kerap tampil di berbagai festival musik nasional maupun internasional, termasuk berkolaborasi dengan musisi ternama Indonesia.

“Melalui BWCC kami harapkan dapat mendorong terbangunnya konektivitas dan ruang kolaborasi sesama seniman dan pegiat kreatif lintas negara,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar itu.

Sementara itu, Prof Dr I Made Bandem selaku salah satu kurator BWCC menambahkan, terdapat 20 sekaa/komunitas/penampil gamelan dari Bali/Indonesia serta mancanegara yang telah bereputasi berpartisipasi dalam BWCC ini.

“Partisipasi dari mancanegara yakni dari Amerika, Belanda, Belgia, China, Jepang, Perancis, Spanyol dan Taiwan,” ucapnya.

Baca Juga:   69 Negara Hadiri CdM Meeting AWBG 2023

Di antaranya Gamelan Terang Bulan (Japan); Gamelan Swara Shanti (Belanda); Gamelan Galak Tika (USA); Shackled Spirits Collage of The Holy Cross (USA); Gamelan Gita Lestari, National Taiwan University (NTU, Taiwan); Gamelan Barasvara (Barcelona); dan Gamelan Puspa Warna (Prancis).

Kemudian Gamelan Bintang Wahyu–Brigham Young University’s (USA); Gamelan Sekar Jepun (Japan); Gamelan Tunas Mekar (Denver); Jack Quartet (NYC); Gamelan Geinoh Yamashirogumi (Japan); Saling Asah vzw (Belgium); Gamelan Burat Wangi (USA); Jingdezhen Ceramic Institute, Jiangxi Province (RRC).

Selain itu Sanggar Seni Makaradhwaja (Bali-Indonesia); Gamelan Belaluan Sadmerta (Bali-Indonesia); Roras Ensemble (Bali-Indonesia) dan Jes Gamelan Fusion (Bali-Indonesia).

Akan tampil di penghujung acara BWCC pertunjukan “Bee Dance: kolaborasi koreografer Andhika Annisa (Indonesia) dan Kareth Schaffer (Jerman), pada 25 Juni 2022 di Gedung Ksirarnawa-Taman Budaya Provinsi Bali.

Selain pergelaran diadakan pula tiga seri Dialog Budaya dengan pembicara terpilih bereputasi internasional, mengetengahkan tema “Water as Source of Innovation and Creation of Performing Arts”; “Contemporary Balinese Gamelan”; dan “Balinese Gamelan on Global Stage”.

Baca Juga:   Lomba Panahan Tradisional Diikuti Puluhan Peserta

Beberapa narasumber yang akan berbagi pandangan dan pengalamannya terkait tiga tematik tersebut, diantaranya Prof Dr Made Mantle Hood (Taiwan), Prof Dr Wayan Rai S (Indonesia), Prof Dr Jody Diamond (USA), Prof Dr Wayan Dibia (Indonesia); Prof Dr Made Bandem (Indonesia) dan Wayan Gde Yudane (New Zealand). (antara/en)

Foto: Antara

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img