JAKARTA – Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) menggelar International Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) 2025, forum dua tahunan yang menjadi ajang strategis nasional dan internasional pada sektor air dan sanitasi. Acara ini berlangsung di Jakarta International Convention Center (JICC) pada 11-13 Juni 2025.
Acara dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bertepatan dengan penyelenggaraan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Dalam sambutannya, AHY menegaskan bahwa air tidak boleh lagi dipandang sebagai sekadar isu pembangunan, melainkan telah menjadi isu strategis dan keamanan global.
“Kadang kita merasa tidak akan pernah kekurangan air, sampai kita benar-benar tidak menemukan air bersih,” ujar AHY, Rabu (11/6/2025). “Sama seperti udara, ketika bisa bernapas dengan normal, kita tak pernah menghargainya. Tapi saat polusi datang, baru kita sadar pentingnya. Sayangnya, sering kali sudah terlambat,” lanjutnya.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Arief Wisnu Cahyono dan Utusan Khusus PBB untuk isu air, yang juga mantan Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi saat acara Pembukaan IWWEF 2025. (Foto: Istimewa)
AHY mengutip Laporan United Nations World Water Development Report 2024, yang menyebutkan bahwa 2,2 miliar orang di dunia belum memiliki akses air minum aman, dan 3,5 miliar tidak memiliki akses sanitasi layak. Ia juga mengungkapkan bahwa sejak tahun 2000, telah terjadi 1.600 konflik atau insiden terkait air di dunia.
“Pertanyaannya adalah, apakah sumber daya alam yang kita miliki, termasuk air, mampu menghidupi jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah? Inilah saatnya diplomasi air menjadi prioritas,” tegas AHY.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Utusan Khusus PBB untuk isu air, Retno LP Marsudi saat tiba di JICC. (Foto: Istimewa)
Data dari UNICEF 2023 menunjukkan Indonesia memiliki cakupan layanan air minum perpipaan terendah di ASEAN, yaitu 19,47 persen. Angka ini tertinggal dari Myanmar (27 persen), Kamboja (25 persen), bahkan Timor Leste (58 persen). Sementara negara-negara seperti Singapura dan Brunei telah mencapai 100 persen, serta Malaysia 95 persen dan Thailand 71 persen.
Sektor sanitasi pun masih menghadapi tantangan besar. Dari target 15 persen untuk sanitasi aman terpusat pada 2024, realisasinya baru menyentuh 10,16 persen.
Meski demikian, pemerintah tetap optimistis. Presiden Prabowo Subianto menetapkan visi Swasembada Air 2029, dengan target cakupan air perpipaan meningkat hingga 40 persen pada akhir periode pemerintahan. Saat ini, angka tersebut masih berada di 22 persen (2025).
Mengusung tema “Transformasi Air Minum Menuju Swasembada Air,” IWWEF 2025 menjadi tempat berkumpulnya lebih dari 80 peserta dari dalam dan luar negeri, termasuk perusahaan penyedia teknologi, lembaga pembiayaan, dan organisasi internasional.
Salah satu agenda penting adalah penandatanganan nota kesepahaman pembiayaan antara PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan Perumda Air Minum Kota Bogor serta Surabaya, senilai Rp330,4 miliar. Langkah ini menjadi contoh nyata kolaborasi pembiayaan inovatif untuk memperkuat BUMD Air Minum.
Forum ini juga menghadirkan narasumber dari World Bank, Aguas de Portugal, dan pengelola air dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Manila, yang membahas teknologi berkelanjutan, pembiayaan, dan strategi komunikasi publik.
IWWEF juga menggelar berbagai kegiatan partisipatif seperti Young Water bersama Universitas Bakrie, lomba pelajar, dan lokakarya media sosial untuk mendorong keterlibatan generasi muda dalam menjawab tantangan air nasional. (cha)