JAKARTA – Pameran bertajuk “Garis-garis Ipong Purnama Sidhi” dibuka secara virtual atau daring, Kamis (17/2/2022) pukul 19.00 WIB di kanal Youtube Bentara Budaya. Pameran ini untuk memaknai 100 Hari wafatnya seniman sekaligus kurator Bentara Budaya, Ipong Purnama Sidhi.
Ipong Purnama Sidhi meninggal dunia pada 9 November 2021 pada usia 66 tahun. Seniman kelahiran tahun 1955 di Yogyakarta ini dikenal sebagai pelukis, pegrafis, ilustrator, juga penulis seni rupa. Ia pernah menjabat kepala Bentara Budaya Jakarta.
Pameran akan menghadirkan sejumlah lukisan terpilih Ipong yang dicipta pada periode tahun 2000-an. Termasuk sketsa-sketsa untuk cerpen dan karya-karya grafis yang sempat dikreasinya sewaktu residensi di Konsthogskolan (Royal University) di Stockholm, Swedia (1966).
Dipamerkan juga beberapa kreasi lukis di atas keramik karya Ipong berkolaborasi dengan putrinya yang juga seniman keramik, Sekar Puti Sidhiawati. Secara khusus akan ditayangkan video yang merangkum perjalanan kekaryaan Ipong, dipadukan dengan dokumentasi proses ciptanya selama ini, berikut komentar atau testimoni dari para sahabat.
Kurator Bentara Budaya, Efix Mulyadi, dalam tulisannya menyebutkan, penerimaan masyarakat seni terhadap Ipong Purnama Sidhi yang sedemikian rupa bukan semata karena pencapaian pribadinya di dalam olah seni, melainkan lebih karena pembawaannya.
Saat masa SMP Ipong telah bersentuhan dengan karya-karya seniman seperti tokoh ekspresionis Jerman, Emil Nolde, atau seniman grafis sekaligus pematung ekspresif, Kathe Kollwitz. Ipong amat menggemari karya-karya Jackson Pollok, Arshile Gorky dan William de Kooning. Ia pun terinspirasi oleh karya-karya naif kelompok Art Brut dan Cobra, terutama Jean Dubuffet, Karel Appel, dan Asger John.
Tidak heran, penulis seni rupa asal Perancis, Jean Couteau, mengungkapkan bahwa fitur-fitur dalam karya Ipong secara bersamaan tampak disimplifikasi sekaligus dibesar-besarkan dengan gaya yang populer ditemukan dalam lukisan ekspresionisme Jerman untuk menekankan dorongan ekspresif mereka.
Sepanjang karier berkeseniannya, ia pernah meraih penghargaan pada Kompetisi Seni Lukis Remaja Internasional pada Olimpiade Muenchen, Jerman Barat (1972). Juga mendapat penghargaan Sketsa dan Cat Air Terbaik dari ASRI Yogyakarta semasa menjadi mahasiswa (1975). Kemudian 7 penghargaan untuk desain buku terbaik dari Ikatan Penerbit Indonesia (1983-1989).
Ayah dari tiga putri ini juga kerap diundang sebagai pembicara pada beberapa seminar seni rupa, serta menjadi juri kompetisi seni rupa seperti Philip Morris Art Award (1996), Juri Pekan Seni Mahasiswa Nasional (2006, 2008, 2010), juga Juri Lomba lukis Eniki yang diadakan oleh Depdikbud.
Ipong menyelesaikan studi seni rupa di Jurusan Seni Lukis, Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI (sekarang Institut Seni Indonesia ISI) Yogyakarta, di tahun 1981. Ia kemudian memulai karier sebagai desainer buku di penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) tahun 1982 hingga 1990.
Salah satu karya ilustrasinya yang paling dikenal yakni sampul buku Chairil Anwar: Aku Ini Binatang Jalang (GPU). Tahun 1990-1995 Ipong sempat menjadi ilustrator tetap setiap cerpen yang dimuat di Kompas Minggu. (en)
Foto: Pameran Ipong Purnama Sidhi di Bentara Budaya Jakarta 2015/sarasvati.co.id