Akari Majukan Pariwisata Nasonal lewat Karnaval

Related Articles

JAKARTA – Jember Fashion Carnival (JFC) adalah karnaval paling sukses di Indonesia. Spesial event yang menggabungkan fashion show dengan karnaval ini meraih sejumlah penghargaan internasional, salah satunya dinobatkan menjadi Second-Runner-Up pada International Carnaval de Victoria 2016 di Seychelles.

Dalam karnaval yang digagas Dynand Fariz ini peserta menampilkan kostum-kostum terbaik di catwalk yang diklaim terpanjang di dunia yakni sepanjang 3,6 kilometer melintasi jalan-jalan protokol kota Jember, Jawa Timur. Mereka menampilkan busana yang menarik secara teatrikal yang memadukan unsur seni tari, seni rupa, dan seni musik.  Keunikan ini membuat Jember menjadi destinasi wisata bagi pencinta busana dan fotografer mode, baik dari dalam maupun luar negeri.

Kesuksesan penyelenggaraan JFC juga menjadi perhatian pemerintah pusat, pada 2017, Jember dinobatkan sebagai Kota Karnaval oleh Kementerian Pariwisata. Selain itu pemerintah mengakui penyelenggaraan special event seperti JFC sebagai salah satu cara efektif untuk mempromosikan destinasi pariwisata daerah ke dunia internasional melalui ekspose kearifan lokal.

Banyak daerah meniru kesuksesan JFC dengan membuat karnaval sejenis untuk mendatangkan wisatawan serta mempromosikan destinasi wisatanya, namun pada kenyataannya tidak semuanya berhasil. Karnaval yang mereka gelar sebagian besar menduplikasi penyelenggaraan JFC, sehingga memiliki model kostum yang hampir sama sementara kearifan lokal masing-masing daerah tidak muncul.

Melihat fenomena tersebut pada tahun 2013 pemerintah dalan hal ini Kemenparekraf turun tangan dengan membentuk Asosiasi Karnaval Indonesia (Akari). Pembentukan Akari juga dimaksudkan sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan terutama pasal 17 dan 22 dimana UKM dan pekerja karnaval juga harus dilindungi untuk mendapatkan penghasilan yang layak.

Baca Juga:   Defile Kaltim Kenalkan IKN di Jember Fashion Carnival
Acara DPD WACI Sulawesi Tenggara. (Foto: WACI)

 

Ditunjuk sebagai ketua pada saat itu adalah  Dynand Fariz yang juga menjabat sebagai President Jember Fashion Carnaval, sementara David K Susilo menjadi Sekjen. Peran JFC adalah sebagai pelopor yang membuat anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART), sementara struktur kepengurusan Akari terdiri dari Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Pengurus Daerah (DPD).

Wakil Ketua Akari, Monalisa Eka Shinta menjelaskan, Akari dibentuk berdasarkan fenomena karnaval di Indonesia yang banyak sekali menyerupai JFC. “Yang terjadi banyak yang tidak semegah JFC, ingin seperti JFC tapi tidak bisa semegah JFC, akhirnya mengakibatkan banyak ‘kefatalan’, salah satunya mengklaim mengundang JFC, padahal kenyataan tidak,” ujarnya saat ditemui di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jakarta, Jumat (16/12/2022).

Salah satu program perdana Akari adalah menyelenggarakan event bertajuk Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia (WACI) pada 2014. Event yang menjadi salah satu slot dari rangkaian penyelenggaran JFC menjadi etalase visualisasi karnaval-karnaval di Indonesia yang memiliki karakteristik masing-masing daerah untuk dipublikasikan ke seluruh dunia.

Baca Juga:   Rangkaian HUT Ke-77 RI, Ada Pameran Mobil dan Arsip Kepresidenan

Saat itu tim dari 7 provinsi yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Jawa Tengah dan Bangka Belitung dengan masing-masing anggota sebanyak 50 orang terdiri dari tim defile performer turut hadir.

Wakil Ketua Akari, Monalisa Eka Shinta

 

Sebelum tampil, mereka telah diseleksi dan diberikan pembekalan oleh Akari, Kemenparekraf, dan tim ofisial. Akari menetapkan kriteria bagi peserta yang dapat mengikuti WACI di antaranya telah memiliki DPD Akari yang aktif, memiliki reputasi karnaval setidaknya memiliki event yang diselenggarakan secara kontinyu setiap tahun dengan penyelenggaraan minimal selama 4 kali.

Anggota Akari yang tampil dalam WACI wajib membawa kekhasan daerah masing-masing. Di dalam kostum yang besar harus memasukkan unsur khas daerah masing-masing.

“Jadi local wisdom adalah nomor satu yang kita nilai karena yang bisa membawa daerahnya semakin popular semakin terkenal tidak hanya secara kostum tetapi didalamnya juga ada ceritanya. Selain itu kostum harus ramah lingkungan, bisa dapakai secara berkelanjutan bisa di-reduce dan recycle,” jelas Monalisa.

Pada penyelenggaraan JFC 2014, tercatat 400 performer/talent tampil berpartisipasi dalam WACI dan sesuai dengan register secara online, sebanyak 3.073 fotografer dan media online dalam dan luar negeri meliputnya.

Sejak 2019, setelah meninggalnya Dynand Fariz, Ketua Akari dijabat oleh Davis K Susilo, yang sebelumnya menjadi Sekjen Akari. Hingga tahun 2020 tercatat sebanyak 18 DPD telah menjadi anggota.

Baca Juga:   Puteri Indonesia 2023 hingga Artis Tampil dalam Grand Carnival JFC

Akari telah menetapkkan Standard Operating Procedure (SOP) untuk penyelenggaraan WACI pada para anggotanya yang menyangkut empat hal, yakni R & D art & culture yang memiliki potensi value national global branding; penyelenggaraaan EO Karnaval; tema carnival local wisdom dan performance & character team local wisdom.

Anggota Akari akan mendapatkan coaching clinics serta mengikuti workshop dengan materi di antaranya mengenai prototype custom, accecories & property local wisdom; prototype make up & hair style local wisdom; prototype choreo & formasi defile local wisdom dan music local wisdom based.

“Mereka akan mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana membuat kostum berukuran besar yang kokoh, tahan angin, awet serta ramah lingkungan; bagaimana cara make up yang baik dan lain sebagainya. Kemudian saat mereka perform bisa ditampilkan kelebihan masing-masing performer sehingga akan menjadi added value,” tambah Monalisa yang juga menjadi pengajar pada tiga Sekolah Tinggi Pariwisata di Jakarta.

Monalisa berharap pada penyelenggaran WACI tahun 2023 juga diramaikan dengan ekshibisi  yang menampilan kuliner serta aksesori, selain itu diadakan juga acara conference seperti pada penyelenggaraan tahun 2017.

“Pada ekshibisi nantinya tidak hanya menampilkan kuliner saja tetapi juga aksesori. Jadi kesempatan mereka berpromosi ke kota lain melalui WACI,” pungkas Monalisa. (hds)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img