Big Bad Wolf Balikpapan Tarik Lebih 100 Ribu Pengunjung

Related Articles

BALIKPAPAN – Bazar buku Big Bad Wolf (BBW) yang digelar di Dome Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 29 September hingga 8 Oktober 2023, tercatat dikunjungi lebih dari 100 ribu orang dalam 10 hari.

“Itu tercatat siang hari terakhir, ada 100.728 ribu pengunjung. Padahal bazar berlangsung hingga jelang tengah malam,” kata Presiden Direktur PT Jaya Retail Indonesia, penyelenggara BBW, Uli Silalahi, Jumat (13/10/2023) dilansir dari Antara.

Melihat capaian tersebut, Balikpapan yang berpenduduk sekitar 750.000 jiwa, selalu ada dalam daftar kota penyelenggaraan BBW di luar Jawa. “Kami yakin misi kami menyebarkan buku dan membaca itu keren disambut dengan sangat antusias di Balikpapan,” kata Uli.

Pada 2019, sebelum Covid-19 mengganas, BBW sudah pernah diadakan di Dome Balikpapan. Selama 10 hari, juga tidak kurang dari 100 ribu pengunjung memadati arena gedung serba guna tersebut dan memborong ratusan ribu eksemplar buku.

Saat BBW di Balikpapan pekan lalu, buku-buku anak menjadi yang paling banyak diborong. Kemudian buku-buku untuk kelompok usia lainnya. “Pengunjung kami sebagian besar keluarga. Kami tentu senang BBW menjadi tempat tujuan wisata literasi,” kata Uli.

Baca Juga:   Tari Kolosal dan SKJ Pelajar Bakal Meriahkan Puncak Haornas

Lazim terlihat di BBW keluarga terdiri dari orangtua dan anak, anak remaja ataupun bahkan bayi yang masih dalam gendongan atau dibawa dengan troli, meramaikan gang-gang di antara meja-meja tempat buku dipajang.

“Ini kesempatan baik mengenalkan anak pada buku dan kebiasan membaca,” kata Apriyeni, warga Taman Sari, yang datang bersama dua anak perempuannya yang beranjak remaja.

Apalagi selama bazar tersedia potongan harga sampai 90 persen untuk buku-buku fiksi atau pun nonfiksi. BBW menyediakan buku-buku tentang hobi, olahraga, psikologi, perjalanan, petualangan, agama, sastra, biografi, arsitektur, hingga seni dan budaya.

Bazar buku BBW terutama menyediakan buku-buku berbahasa Inggris atau bahasa asing lain dan kurang dari separuhnya buku-buku berbahasa Indonesia. “Karena kami ingin buku-buku internasional itu terjangkau harganya untuk kita semua di sini,” kata Uli. (ant)

Foto: Antara/Novi Abdi

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img