TANGERANG – Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) menggelar pameran buku internasional bertajuk Internasional Indonesia Book Fair (IIBF) pada 27 September-1 Oktober 2023. Acara yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten itu mengundang Korea Selatan sebagai tamu kehormatan.
Pameran ini menyediakan booth atau tempat khusus untuk perwakilan Korea Selatan yang menghadirkan segala macam koleksi buku-buku kenamaan dari Negeri Ginseng tersebut. Tak hanya buku saja, dalam booth ini juga menyediakan berbagai macam koleksi kaligrafi dan mainan tradisional Korea.
Ketua Panitia IIBF 2023 Mappa Tutu menjelaskan, pameran tahun ini menghadirkan 150 penerbit yang masing-masing membawa sekitar 100 judul buku. “Kita konsentrasikan interaksi yang terjadi di sana adalah interaksi literasi. Kita ingin ada interaksi yang baik antara penerbit, antar-penulis, dan antar-pengusaha,” ujar Mappa.
Pengunjung Internasional Indonesia Book Fair (IIBF). (Foto: Nicha Ratnasari/Event Nusantara)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang juga hadir dan menyajikan beragam buku dari Pusat Perbukuan ini terus berkomitmen untuk membangun ekosistem perbukuan nasional yang sehat dan kuat.
Kepala Pusat Perbukuan (Kapusbuk) Kemendikbudristek, Supriyatno menjelaskan pameran ini difokuskan pada penyusunan buku bacaan non-teks yang lebih menghibur bagi pembaca awal, khususnya anak-anak, dengan harapan membangkitkan minat mereka dalam membaca sejak usia dini.
Menurutnya, saat ini tujuan pengadaan buku tidak hanya 3M (bermutu, murah, dan merata), melainkan juga harus menarik. ”Ini berarti buku-buku harus mampu memikat minat pembaca, terutama anak-anak,” ujar Supriyatno dalam dialog bertema “Buku Bacaan Berkualitas yang Menyenangkan” yang berlangsung disela IIBF 2023.
Booth Korea di Internasional Indonesia Book Fair (IIBF). (Foto: Nicha Ratnasari/Event Nusantara)
Dia menyebutkan, Kemendikbudristek telah menghasilkan sekitar 20 judul buku cerita dan buku non-teks untuk berbagai tingkat pembaca, termasuk pembaca dini, pembaca awal, dan pembaca tingkat menengah.
“Proses penyusunan buku-buku ini melibatkan berbagai profesional, termasuk penulis, ilustrator, dan desainer buku, sehingga buku-buku tersebut tidak hanya berisi teks yang bermutu, tetapi juga gambar-gambar yang menarik bagi anak-anak,” tambahnya.
Korea Selatan yang menjadi Tamu Kehormatan dalam ajang pameran ini juga turut bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang pendidikan. Yakni, penerapan teknologi rantai blok (blockchain) dalam penggunaan sertifikat digital Open Badge yang tak dapat dimanipulasi.
“Untuk tahap awal, sejumlah perguruan tinggi sudah menggunakan teknologi sertifikat digital Open Badge yang dikembangkan LecoS ini, yakni President University yang menggunakan teknologi ini untuk ijazah sarjana,” ujar CEO LecoS, No Won Seok kepada awak media di sela pameran.
No Won Seok menjelaskan teknologi yang dikembangkan sejak 2019 dan sudah tersebar di Korea dan Jepang ini bukan hanya dapat digunakan untuk jenjang sarjana saja, tetapi juga untuk sertifikat kompetensi. Te tersebut tak hanya digunakan untuk jenjang sarjana, tetapi juga sertifikat kompetensi.
Untuk di Indonesia, lanjut No Won Seok teknologi ini dibawa oleh PT Iam Edu Networks (IEN). Keunggulannya, sertifikat tidak dapat dimanipulasi, dan dibuat dengan teknologi berbasis rantai blok untuk mencatat pencapaian pendidikan, kualifikasi, keterampilan, atau pengalaman belajar individu.
Saat ini, sertifikat itu telah diterapkan dan digunakan di 150 universitas di Korea, termasuk Universitas Yonsei, Universitas Sungkyunkwan, Universitas Ewha, dan Universitas Hanyang, serta digunakan dalam bidang pelatihan oleh perusahaan-perusahaan seperti KT, Hunet, dan Udemy Korea. (cha)