Hatten Wines Sandingkan Wine dan Makanan Tradisional

Related Articles

JAKARTA – Banyak orang beranggapan wine adalah minuman yang hanya cocok dinikmati setelah menyantap steak atau makanan berbahan daging merah. Padahal pada prinsipnya minum wine setelah usai makan bisa dilakukan pada beragam jenis masakan, termasuk masakan tradisional Indonesia, asalkan mengetahui jenis wine yang cocok.

Bertempat di Frestro Asia Restoran, Jambuluwuk Thamrin Hotel Jakarta, produsen wine lokal Hatten Wines, mengadakan acara bertajuk Wine and Indonesian Food Pairing, Jumat (27/1/2023). Dalam acara ini beberapa makanan tradisional Indonesia yang merupakan menu andalan Frestro Asia Restoran dipasangkan dengan berbagai jenis wine produksi Hatten Wines.

Dipandu oleh Corporate Training & Development Manager PT Hatten Bali Tbk, Ni Nyoman Kertawidyawati, para tamu yang merupakan undangan khusus diajak mencicipi beragam jenis makanan seperti Nasi Goreng Buntut, Rawon, Gulai Kambing, Springroll, Ayam Kecombrang, Lida Lado Ijo, dan Ayam Bumbu Rujak yang dihidangkan berurutan.

Setiap selesai mencicipi satu jenis makanan lalu minum 6 jenis wine produksi Hatten Wines, yaitu Aga Red Wine, Aga Rose Wine, Sweet Alexandria Wine, Two Islan Cabernet Merlot, Tunjung Brut Sparkling, Two Islan Riesling. Ini dilakukan untuk menentukan jenis wine yang paling cocok.  Keenam wine itu mempunyai perbedaan karakter, di antaranya sparkling, light in body, full in body, semi sweet, rose, red wine.

Founder & CEO Hatten Wines, Ida Bagus Rai Budarsa, mengatakan, pada prinsipnya Hatten Wines ingin memberikan semacam edukasi, bagaimana menikmati wine yang benar, bagaimana mempairingkan wine dengan makanan atau masakan. “Banyak orang minum wine tetapi secara fisik mereka belum tahu. Bahkan kadang-kadang mereka bingung untuk menentukan jenis wine apa yang cocok untuk dinimati setelah menyantap suatujenis makanan,” ujarnya.

Baca Juga:   Festival Kuliner di Medan Sediakan Ratusan Menu Makanan

Menurutnya, untuk menentukan jenis wine yang cocok diminum usai makan berbasis diantaranya pada kandungan protein dan pemakaian saus dalam masakan.

“Orang ‘barat’ bilang red meat cocoknya dengan red wine. Sementara di Indonesia bahkan di Asia banyak makanan tergantung pada saus. Kalau ada sausnya tidak bisa disandingkan dengan wine yang mengandung banyak tannin seperti red wine, lebih baik yang light in body, yang ada rasa fruity-nya atau dengan rasa manis menengah,” tegasnya.

George Edwin Anatoni, Chef Frestro Asia Restoran menyambut baik gelaran ini. Ia mengaku tidak ada persiapan khusus untuk mendukung acara dari sisi masakan yang disajikan. “Makanan yang kami sajikan hanya dimodifikasi pada tampilannya saja, kami buat lebih modern sehingga mirip western food,” jelasnya.  (hds)

Foto: Herry Drajat/Event Nusantara

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img